www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

18 - 3 - 2018

 

Bagi kaum di belakang layar -kelompok pengaruh, mungkin satu saat sedang membayangkan Orde Baru tanpa Pak Harto. Narasi pembangunan diganti narasi infrastruktur. NKK-BKK tetap dipertahankan, tetapi dengan rasa baru: “Normalisasi Kehidupan Keagamaan-Badan Koordinasi Khotbah”. Menyesuaikan mana paling potensial eksis dalam melakukan koreksi dan perlawanan pada jaman now, demikian meminjam pemikiran Noam Chomsky.

 

Orde Baru tanpa Pak Harto bagi kelompok pengaruh, adalah masa dimana ‘musuh bersama’ –narasi kegentingan, tetap diperlukan. Narasi radikal ideologis sebagai musuh bersama diganti dengan radikal agamis. Bahkan kalau perlu –meski belum berani secara terbuka, radikal nasionalis. Yang pasti -dijamin, bukan radikal profit-making.

 

Media massa juga akan dimaksimalkan berpihak pada penguasa, tanpa kecuali -maunya. Termasuk soal merebaknya komunikasi via internet dan media sosial. Intinya: kontrol total media. Selain kepentingan propaganda, masih menurut Noam Chomsky, adalah penting untuk menghambat pengetahuan bahwa orang lain ternyata juga mempunyai sentimen sama.

 

Jaman old, masalah pemilihan umum terkait dengan suksesi kepemimpinan nasional terbatas hanya pada masalah siapa wakil presidennya. Itulah “narasi normal” terkait suksesi di jaman old. Bagi kelompok pengaruh, sungguh mungkin saat ini sedang nekad dan memaksa diri mengenang ‘indahnya’ masa-masa itu. Nampaknya bagi mereka, model suksesi jaman old tersebut bukanlah sekedar tembang kenangan.

 

Mengapa tanpa Pak Harto? Demikian wartawan bertanya kepada koordinator kelompok pengaruh. Tidak dijawab. Apakah karena dalam diri Pak Harto di pojok lubuk hati terdalam masih kental bersembunyi sisa-sisa Sapta Marga? Masih no comment. *** (Maret, 2018)

Orde Baru Tanpa Pak Harto?

gallery/harto