www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

18 - 3 - 2018

 

Jangan sekali-kali melupakan sejarah, demikian seru Bung Karno lebih dari setengah abad lalu. Sungguh seruan tajam dan cerdas serta mendasar dari si Bung. Jika masih bisa menarik napas panjang sekarang ini –jaman now, gelegar seru apa akan ditambahkan si Bung? Mungkin si Bung akan berseru: Jasmetal! Jangan sekali-kali melupakan jejak digital.

 

Dalam masyarakat melodramatik –kata Sukardi Rinakit enambelas tahun lalu, mudah kasihan, mudah bosan, mudah lupa adalah karakter utamanya. Dan karena kemajuan teknologi informasi terutama kecepatannya, sebelas tahun lalu dalam buku Etika Komunikasi romo Haryatmoko mengulas banyak tentang berkembangnya logika waktu pendek. Di era lain, Jasmerah-nya si Bung sepertinya mengantisipasi prediksi Alvin Toffler. Kurang dari sepuluh tahun setelah si Bung berseru Jasmerah, Alvin Toffler dalam Future Shock memprediksi datangnya throw-away society: masyarakat yang suka membuang –lagi-lagi karena cepatnya kemajuan teknologi. Tidak aneh pula jika Alvin Toffler memprediksi hal tersebut karena kira-kira duapuluh tahun sebelumnya, apa yang disebut sebagai “keusangan yang disengaja” sudah mulai masuk dalam ranah produksi. Karena kemampuan manusiawi, katakanlah lampu bisa diproduksi bertahan sampai 2000 jam nyala. Tetapi karena pertimbangan manusiawi jugalah (baca: untung lebih besar), akhirnya dibuat hanya bertahan 1000 jam. Juga misalnya jaman now, penambahan fitur-fitur baru segera membuat produksi satu-dua tahun lalu tiba-tiba saja sudah out-of-date.

 

Di sisi lain, Totok bangun pagi, mandi, sarapan, ganti baju, dan siap-siap berangkat kerja. Sore sampai rumah, istirahat sebentar, mandi, makan malam, nonton TV, buka internet, dan kemudian tidur. Di banyak waktu sela, Totok mungkin main game, lihat ponsel, up-date status, dan seterusnya. Rutin, dengan sedikit variasi, Totok melakukan itu berulang-ulang, sehari-hari. Masalahkah itu? Mungkin, tetapi yang pasti itu semua adalah fakta. Tidak hanya pada Totok, tetapi sebagian besar kita akan melakukan itu, rutinitas-kebiasaan, tanpa berpikir banyak lagi. Akan repot juga menjalani hidup jika segala sesuatu harus dipikir lebih dahulu. Jadi, apapun itu, rutinitas-kebiasaan yang dilakukan tanpa berpikir lagi adalah juga salah satu mekanisme untuk bertahan hidup.

 

Tidak semua kebiasaan itu baik adanya, misalnya kebiasaan merokok di sembarang tempat. Dulu, kereta api adalah salah satu tempat dimana kebiasaan merokok dapat dituntaskan. Tetapi dengan kebijakan pimpinan PJKA baru membuat hal tersebut menjadi tidak mungkin lagi. Tidak mudah, tetapi pada akhirnya berhasil dalam waktu satu-tahun-an, sejak diterapkan. Dari diterbitkannya peraturan, sosialisasi, serta razia terus-menerus tanpa henti. Ternyata kewenangan yang ada di tangan pimpinan PJKA dapat merubah kebiasaan merokok di kereta api menjadi hilang sama sekali. Contoh nyata bagaimana kebiasaan dapat diubah karena hadirnya otoritas. Kebiasaan baru tanpa asap rokok di kereta api akhirnya berhasil terlembagakan dengan baik. Selamat, contoh baik bagaimana otoritas dapat berfungsi demi meningkatkan kualitas hidup bersama. Dan inilah sebenarnya yang diharapkan oleh demokrasi, pemegang otoritas yang dipilih itu diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup, baik bagi setiap warga negara maupun hidup bersama. Potensi itu dilihat oleh rakyat sebagai pemilih melalui rekam jejak calon dan terutama adalah janji-janji saat kampanye.

 

Di sinilah JASMETAL mendapat urgensinya. Ditengah-tengah masyarakat melodramatis ditambah dengan merebaknya logika waktu pendek dan throw-away society, serta strategi ‘keusangan-yang-disengaja’ yang terus menerus mengakrabi kita, ditambah lagi dengan segala kesibukan-rutinitas-kebiasaan sehari-hari, jasmetal –jangan sekali-kali melupakan jejak digital, dapat mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk selalu mengingatkan banyak orang tentang pentingnya pilihan yang pada akhirnya akan berdampak pada dirinya maupun hidup bersama. Tidak mudah, sama tidak mudahnya merubah kebiasaan merokok di kereta api menjadi tidak merokok lagi di kereta api. Tetapi toh itu mungkin saja terjadi.

 

Dari jasmerah ke  jasmetal, dari jasmetal ke jasmejan: jangan sekali-kali melupakan janji. Jika kita mulai melupakan janji-janji yang diucapkan calon saat kampanye, itu sama saja kita merendahkan harkat diri kita sebagai warga negara. Meski kita dapat menghibur diri, masih lumayan lebih tinggi jika dibanding dengan begitu rendahnya calon terpilih yang mengingkari sebagian besar janji kampanyenya.*** (24/2/2018)

Jasmerah, Jasmetal, Jasmejan